MAKAM HABIB NUH AL-HABSYI DAN MASJID MUHAMMAD SALEH
Kebanyakan dari kita warga Nahdliyin, jika ke Singapore pastinya langsung ke Mustafa Centre di Jalan Syed Alwi atau ke Bugis Street untuk belanja-belanja. Bahkan ada juga dari kita yang seharian penuh di pusat rekreasi Universal Studio. Bahkan bisa menyempatkan waktu untuk sekedar ber-swa foto di area patung singa Merlion.
Hampir-hampir tidak ada yang sengaja ke Singapore untuk meniatkan diri berziarah ke Makam seorang waliyullah keturunan Hadhramaut yang lokasi makamnya berada di pusat bisnis Singapore di daerah Shenton tepatnya di Jalan Palmer. Akses ke makampun sangat mudah menggunakan MRT, Bus bahkan berjalan kaki dari Merlion (patung singa).
Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi adalah seorang Ulama Melayu abad 18 yang banyak menghabiskan waktunya di sekitar Indonesia, Malaysia dan Singapore. Ayah beliau berasal dari Hadhramaut, Yaman yang berdakwah di semenanjung Malaysia hingga Palembang, Indonesia.
Menurut banyak kisah, Ayah beliau Habib Nuh yakni Habib Muhammad Al-Habsyi adalah Pejabat Istana di Kesultanan Kedah, Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Ahmad Tajudin Halim Shah II yang memerintah Kesultanan Kedah sekitar tahun 1791-1843. Habib Muhammad Al-Habsyi mendampingi Sultan Ahmad Tajudin Halim Shah II melawan invasi besar-besaran Siam (Thailand) yang ingin menguasai daerah Kedah, malaysia.
Kisah kelahiran Habib Nuh Al-Habsyi sangat masyhur di kalangan penduduk Betawi (batavia/jakarta) dan orang-orang Malaysia dan Singapore. Beliau dikisahkan lahir di atas kapal dalam perjalanan dari Palembang, Indonesia menuju Penang, Malaysia. Kapal yang ditumpangi Habib Muhammad Al-Habsyi serta Syarifah Fathimah diterjang badai besar yang seolah akan membalikkan kapal yang mereka tumpangi. Habib Muhammad Al-Habsyi bernadzar, jika anak mereka dilahirkan di atas kapal ini dan kapal ini selamat hingga bersandar maka anak tersebut akan dinamakan “Nuh” (merujuk pada kisah Nabi Nuh as).
Benar saja, akhirnya Habib Nuh lahir di atas kapal dan kapal berhasil merapat di pelabuhan Penang, Malaysia. Singkatnya, Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi akhrnya menghabiskan sebagian masa kecil hingga remajanya di Penang.
Kedatangan Habib Nuh Al-Habsyi ke Singapore sekitar tahun 1819 saat usia beliau 30 tahun. Menurut Haji Sofwan yang menjadi Imam di Masjid Muhammad Saleh yang menjadi “juru kunci” Makam, beliau Habib Nuh awalnya bermukim di daerah Masjid Sultan di wilayah Kampung Arab. Jadi, tempat beliau dimakamkan ini bukanlah tempat beliau bermukim. Tempat ini adalah tempat favorit beliau saat ber-“khalwat” karewna lokasinya yang merupakan bukit dan berada di bibir pantai/laut.
Habib Nuh Al-Habsyi dikenal oleh masyarakat Singapore yang mayoritas beragama Nasrani dan Khonghucu Tionghoa sebagai seorang Ulama Islam yang sangat baik dan terhormat. Beliau sering terlihat melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan orang. Selain itu, beliau juga dikenal sangat dermawan pada anak-anak serta orang-orang tidak mampu. Beliau sering membagi-bagikan hartanya, berupa pakaian, makanan serta barang lainnya yang dibutuhkan orang yang kurang mampu.
Baca juga : Ziarah Makam Ki Ageng Pandan Arang (Pandanaran I)
Salah satu karomah Habib Nuh Al-Habsyi yang sangat masyhur dikisahkan oleh berbagai kalangan adalah saat Habib Nuh mengetahui Nadzar seorang pedagang yang sedang bertahan dalam kapalnya di tengah badai besar. Saudagar itu bernadzar akan memberikan hadiah berupa harta dan kain yang bagus kepada Habib Nuh Al-Habsyi jika kapal yang ditumpanginya bisa selamat hingga merapat di Singapore. Sesampainya kapal itu di pelabuhan Singapore, Habib Nuh Al-Habsyi telah berada di pinggir dermaga menunggu saudagar tersebut dan menyambutnya. Saat saudagar itu menemui Habib Nuh Al-Habsyi di pinggir dermaga, Habib Nuh Al-Habsyi langsung menanyakan nadzar yang dibuat oleh saudagar tersebut.
Banyak lagi karomah Habib Nuh Al-Habsyi yang telah menjadi seperti cerita wajib bagi para Muhibbin di wilayah Malaysia dan Singapore.
Letak Makam habib Nuh Al-Habsyi di Bukit Palmer adalah karena seringnya beliau habib Nuh melakukan ibadah serta memanjatkan do’a di atas bukit tersebut. Salah satu sahabat Habib Nuh yakni Haji Muhammad Saleh yang berasal dari Betawi (batavia), merasa sangat prihatin melihat sahabat yang juga gurunya itu melakukan ibadah di atas bukit tanpa adanya sarana yang memadai. Haji Muhammad Saleh pun berjanji akan membangunkan sebuah surau kecil di bukit itu agar Habib Nuh bisa berteduh dan nyaman beribadah. Namun, hingga wafatnya Habib Nuh Al-Habsyi pada tahun 1866 di usia 78 tahun, Haji Muhammad Saleh belum bisa memenuhi janjinya tersebut. Barulah setahun sepeninggal Habib Nuh, Haji Muhammad Saleh membangun sebuah surau kecil agar para tamu yang berziarah ke makam dapat melaksanakan sholat dan nyaman memanjatkan do’a.
Sedangkan Makam Habib Nuh Al-Habsyi baru bisa dipugar oleh pemerintah Singapore pada tahun 1890 dan pada tahun 1930 pelestarian makam ditangani oleh Komunitas Muslim dan Hindu Singapore yang selanjutnya dipegang oleh Muslem Council of Singapore (MUIS).
Habib Nuh Al-Habsyi memiliki seorang adik laki-laki yang bermukim dan wafat di daerah Daik, Kepulauan Riau. Sedangkan sebagian besar dzuriyah Habib Nuh hingga saat ini tersebar antara Singapore dan Penang.
Makam Habib Nuh dan Masjid Muhammad Saleh ini selalu ramai dikunjungi peziarah setiap harinya. Habib Umar bin Hafidz Tarim selalu memilih rute ziarah ke Habib Nuh Al-Habsyi sebelum melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Begitu pula Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin yahya Pekalongan juga sering berziarah ke makam Habib Nuh ini baik dengan kelompok kecil pribadi maupun dengan rombongan jama’ah. Ziarah kami ke sini pun awalnya bersama rombongan Habib Ahmad Al-Habsyi Solo beserta Habib Fuad Alkaff Karanglewas. Setelah itu, kami beberapa kali kembali berziarah ke Makam Habib Nuh Al-Habsyi sendiri bersama keluarga kecil kami. Semoga kami tercatat sebagai Muhibbin pencinta dzuriyah Nabi SAW yang akan memperoleh Syafaat Nabi Muhammad SAW kelak. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.