Penyebaran
Risalah Islam yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umat manusia telah
menyebar luas hingga sebagian besar belahan dunia. Salah satunya adalah
Indonesia, khususnya di Tanah Jawa.
Pada
kesempatan ini, akan secara ringkas disampaikan runtutan sejarah tersebarnya
Islam ke Nusantara yang dibawa oleh para tokoh Agama Islam yang di Tanah Jawa
dikenal dengan sebutan Sunan atau Wali yang lebih dikenal dengan sebutan Wali
Songo beserta generasi Wali Songo setelahnya.
Bagian
Pertama ini, akan diawali dari Champa yang saat ini dikenal dengan nama
Vietnam.
Pada sekitar
tahun 1300 an, dimana saat itu yang menjadi penguasa Kerajaan Champa adalah
Raja Kunthoro. Raja tersebut bukanlah Raja Muslim namun akhirnya nanti akan
menurunkan beberapa keturunan yang berpengaruh pada perkembangan penyebaran
Islam di Nusantara.
Raja
Kunthoro memiliki tiga orang anak, yakni : Darawati Murdaningrum, Dewi
Condrowulan dan Raden Jongkara (jengkara).
Masuknya
pengaruh Islam di Kerajaan Champa, dimulai saat datangnya seorang mubaligh
bernama Sayyid Ibrahim as-Samarkand atau dikenal sebagai Maulana Ibrahim
Asmarakandi (jawa : asmoroqondi). Tujuan kedatangan beliau ke Champa adalah
dakwah untuk mengajak masyarakat Champa mengenal Islam.
Dengan
kepiawaian beliau berdakwah dan atas izin Allah SWT, niat beliau berjalan
lancar bahkan sang Raja pun ikut memeluk Islam serta mengizinkan beliau
menyebarkan Islam di Tanah Champa.
Bahkan
beliau Sayyid Ibrahim Asmarakandi dinikahkan dengan putri kedua Raja Kunthoro
yakni Dewi Condrowulan.
Sebagai
pembuka babak kisah selanjutnya, perlu disampaikan bahwa putri Raja Kunthoro
yang bernama Darawati Murdaningrum menikah dengan Kertawijaya (Raden Wijaya)
Raja Majapahit. Sehingga status Sayyid Ibrahim dan Raden Wijaya akhirnya
menjadi kerabat keluarga Majapahit. Dari hubungan inilah yang nantinya akan
memudahkan penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Dari Putri
Raja Champa ini, Sayyid Ibrahim memiliki tiga orang anak. Anak pertama bernama
Raja Pandhito, anak kedua bernama Raden Rahmat dan yang ketiga bernama Siti
Zaenab.
Berbeda
dengan Raden Wijaya yang memiliki banyak anak dari beberapa istri. Namun disini
akan disampaikan beberapa anak Raden Wijaya yang nantinya akan sering
diceritakan pada bagian-bagian selanjutnya. Diantara anak Raden Wijaya yang
akan diceritakan adalah Raden Arya Damar yang merupakan Adipati di Daerah
Palembang dan merupakan Ayah Tiri Raden Fattah (raden patah) yang akan
diceritakan pada bagian selanjutnya.
Dari Puteri
Darawati Murdaningrum, Raden Wijaya memiliki tiga anak, yakni Puteri Hadi yang
selanjutnya menjadi istri Adipati Dayaningrat yang berkuasa di Pengging
(Boyolali), kemudian anak kedua bernama Lembu Peteng yang berkuasa di Sumenep
Madura dan anak ketiga bernama Raden Gugur atau dikenal sebagai Sunan Lawu.
Raden Wijaya
juga memiliki istri dari Ponorogo dan memiliki dua anak, yakni Bathara Kathong
pendiri Kabupaten Ponorogo. Serta Adipati Luwanu/Lowanu Purworejo.
Sedangkan
dari Istri Bagelen, Raden Wijaya memiliki putra bernama Jaran Panoleh yang nantinya
berkuasa di Sampang, Madura.
Putera
terakhir dari Putri Champa adalah Raden Fattah yang nantinya akan mendirikan
Kerajaan Islam pertama di Bintoro Demak.
*disarikan
dari Kitab Tarikh al-Auliya karya KH. Bisri Musthofa