SAYYID
IBRAHIM ASMOROQONDI
Sayyid Ibrahim adalah putera dari Maulana Muhammad Jumadil Kubro bin Sayyid Zainal Husain bin Sayyid Zainal Kubro bin Sayyid Zainal ‘Alim bin Sayyid Zainal Abidin bin Sayyid Husain bin Fathimah binti Rasulullah SAW.
Beliau Sayyid Ibrahim memiliki dua orang saudara kandung, yakni Maulana Ishaq dan Sunan Aspadi
Telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa dari Sayyid Ibrahim Asmoroqondi inilah yang nantinya akan banyak menurunkan para Wali di Tanah Jawa dan berkerabat dengan Raden Wijaya Raja Majapahit yang juga menurunkan banyak keturunan Wali di Tanah Jawa.
Hubungan
kekerabatan Sayyid Ibrahim dan Raden Wijaya ini juga yang nantinya akan menjadi
jalan bagi masuknya Islam di Tanah Jawa melalui jalur Kerajaan Majapahit hingga
terbangunnya Kerajaan Islam Demak Bintoro dan Kerajaan-Kerajaan lainnya yang
dipimpin oleh Raja Muslim.
RADEN RAHMAT BIN SAYYID IBRAHIM ASMOROQONDI
Pada bagian sebelumnya telah disampaikan, bahwa pernikahan Sayyid Ibrahim dan Dewi Condrowulan Putri Raja Champa menurunkan anak kedua bernama Raden Rahmat.
Raden Rahmat yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel (sunan ngampel) Putra Sayyid Ibrahim selanjutnya menikah dengan Dewi Condrowati Putri Aryateja yang berkuasa di Tuban. Dari pernikahan ini, Raden Rahmat dan Dewi Condrowati dikaruniakan lima orang anak. Yakni, Siti Syari’ah, Siti Mutmainnah, Siti Khafshoh, Raden Ibrahim dan Raden Qosim.
Selain menikah dengan Dewi Condrowati, Raden Rahmat juga menikahi Putri Ki Bangkuning (ki kembang kuning) bernama Dewi Karimah. Dari pernikahan dengan Dewi Karimah ini, Raden Rahmat dikaruniakan dua anak, yakni Dewi Murtasiyah dan Dewi Murtasimah.
MAULANA ISHAQ BIN MAULANA JUMADIL KUBRO
Maulana Ishaq bin Jumadil Kubro adalah saudara kandung Sayyid Ibrahim yang nantinya akan menurunkan keturunan-keturunan yang saling berhubungan dalam sejarah penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Maulana Ishaq memiliki tiga orang anak yang nantinya akan menjadi tokoh-tokoh penyebar Islam di Tanah Jawa. Putera Maulana Ishaq tersebut adalah Sayyid Abdul Qodir yang kemudian lebih dikenal dengan julukan Sunan Gunung Jati Cirebon, kemudian Dewi Saroh dan Raden Paku yang kemudian dikenal dengan julukan Sunan Giri.
Jadi, dapat dilihat dari silsilah tersebut bahwa Sunan Gunung Jati dan Sunan Giri adalah saudara Sunan Ampel dari jalur persaudaraan kedua ayah mereka yakni Sayyid Ibrahim dan Maulana Ishaq.
Dari sini
dapat dilihat bahwa proses penyebaran Islam di Tanah Jawa sudah mulai menyebar
di berbagai titik di Tanah Jawa. Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gunung Jati di
Cirebon dan Sunan Giri di Gresik.
HAJI ‘UTSMAN (SUNAN MANYURAN/MANYORAN) MANDALIKA
Mandalika adalah sebuah daerah di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dari sinilah Islam menyebar ke daerah Nusa Tenggara hingga Bali.
Adalah beliau bernama Haji ‘Utsman bin Raja Pendhito bin Sayyid Ibrahim Asmoroqondi. Raja Pendhito adalah Putra pertama Sayyid Ibrahim dari istri Dewi Condrowulan Putri Raja Champa yang telah dicantumkan pada bagian sebelumnya.
Haji ‘Utsman atau lebih dikenal dengan julukan Sunan Manyuran Mandalika menikah dengan Siti Syari’ah binti Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan dikaruniakan seorang putera bernama Amir Hasan.
UTSMAN HAJI (SUNAN ‘UDUNG/NGUDUNG/ANDUNG)
Utsman Haji juga merupakan putera dari Raja Pendhito bin Sayyid Ibrahim Asmoroqondi yang berarti saudara Sunan Manyuran (Haji Utsman). Beliau lebih dekenal dengan julukan Sunan ‘Udung/Ngudung dan dikenal sebagai Imam Masjid Demak di masa pemerintahan Sultan Trenggono.
Sunan ‘Udung menikah dengan Dewi Sari puteri Tumenggung Wilatikta. Dari pernikahan ini Sunan ‘Udung dikaruniakan dua orang anak bernama Dewi Sujinah dan Amir Haji yang akan diceritakan pada bagian selanjutnya.
NYAI GEDE TONDO DAN KHOLIFAH HUSAIN (SUNAN KERTAYASA) MADURA
Nyai Gede Tondo adalah putri dari Raja Pendhito, yang berarti saudara dari Sunan Manyuran dan Sunan ‘Udung. Terlihat jelas bahwa anak keturunan Sayyid Ibrahim Asmoroqondi sangat dominan menurunkan keturunan-keturunan penyebar Islam di Tanah Jawa.
Nyai Gede Tondo bersuamikan seorang mubaligh asal Yaman bernama Kholifah Husain. Kholifah Husain adalah murid dari Sunan Ampel (Raden Rahmat).
Dari
pernikahan Nyai Gede Tondo dan Kholifah Husain ini, menurunkan seorang putera
bernama Kholifah Sughro.
SITI MUTHMAINNAH DAN SAYYID MUHSIN (SUNAN WILIS) CIREBON
Siti Muthmainnah adalah puteri Sunan Ampel, yang berarti saudara Siti Syari’ah istri Sunan Manyuran Mandalika.
Siti Muthmainnah menikah dengan seorang mubaligh asal Yaman yang juga murid Sunan Ampel (Raden Rahmat) bernama Sayyid Muhsin. Dari pernikahan ini, Siti Muthmainnah dan Sayyid Muhsin dikaruniakan seorang putera bernama Amir Hamzah.
SITI HAFSHOH DAN SAYYID AHMAD (SUNAN MALAKA)
Siti Hafshoh adalah puteri Sunan Ampel (Raden Rahmat), yang juga saudara Siti Syari’ah istri Sunan Manyuran dan Siti Muthmainnah istri Sunan Wilis.
Siti Hafshoh menikah dengan Sayyid Ahmad (Sunan Malaka) yang merupakan murid Sunan Ampel (Raden Rahmat). Sayyid Ahmad adalah mubaligh dari Yaman.
Dari
pernikahan ini, Siti Hafshoh dan Sayyid Ahmad (Sunan Malaka) tidak dikaruniakan
anak.
RADEN QOSIM (SUNAN DRAJAD) SEDAYU
Raden Qosim adalah putera Sunan Ampel (Raden Rahmat). Berarti saudara Siti Syari’ah, Siti Muthmainnah dan Siti Hahshoh dan berarti berkerabat keluarga dengan Sunan Manyuran Mandalika, Sunan Wilis Cirebon dan Sunan Malaka.
Sunan Drajad (Raden Qosim) menikah dengan Dewi Shofiyah puteri Sunan Cirebon. Dari pernikahan ini Raden Qosim dikaruniakan tiga anak, yakni Pangeran Terenggana, Pangeran Sandi dan Dewi Wuryan.
RADEN IBRAHIM (SUNAN BONANG) TUBAN
Raden Ibrahim adalah putera Sunan Ampel (Raden Rahmat) yang merupakan saudara Raden Qosim (Sunan Drajad).
Beliau Raden Ibrahim (Sunan Bonang) menikahi Dewi Hiroh puteri Raden Jakandar (Sunan Bangkalan). Dari pernikahan ini, Raden Ibrahim (Sunan Bonang) dikaruniakan seorang puteri bernama Dewi Ruhil.
*disarikan dari Kitab Tarikh al-Auliya karya KH. Bisri Musthofa